Beberapa tahun yang lalu, terbit sebuah buku berjudul “When Bad Things Happen To Good People” yang ditulis oleh seorang Rabi Yahudi, Harold S. Kushner. Buku ini berusaha menjelaskan mengapa hal yang buruk bisa terjadi kepada orang yang baik. Tidak dapat kita pungkiri bahwa orang yang baik, yang jujur, yang saleh, yang setia tidak dapat terlepas dari yang namanya penderitaan, dan seringkali justru kita menjumpai orang yang jahat malah hidupnya lebih baik. Memang lebih mudah bagi kita untuk mengerti dan menerima bahwa sepantasnya “When Bad Things Happen to Bad People” atau kita sangat setuju bahwa seharusnya “When Good Things Happen to Good People”. Namun faktanya, kita semua berpeluang yang sama untuk mengalami penderitaan, baik Good People maupun Bad People.

Yang terpenting yang harus kita pelajari adalah : Sekalipun penderitaan yang kita alami dan hadapi dapat membuat kita berdukacita namun jangan biarkan berlalu dengan sia-sia melainkan nyatakanlah kasih Tuhan di dalamnya. Orang yang percaya kepada Kristus seharusnya tidak membiarkan dukacita yang ia alami berlalu dengan sia-sia, namun justru melaluinya ia dapat merasakan dan menyatakan kasih Tuhan di dalam penderitaan yang ia alami.

Ada sebuah kesaksian dari seorang pemudi yang bernama Gloria yang tengah menghadapi penderitaan di dalam keluarganya, dimana satu-persatu masalah datang melanda keluarga tersebut. Dimulai dari papanya yang suka mengeluhkan punggung dan tangannya yang sakit, hingga mengalami pembengkakan. Ketika diperiksakan di sebuah Rumah Sakit, sungguh mengejutkan bahwa papanya didiagnosa mengidap kanker darah berjenis myeloma ganas. Bersyukur bahwa dokter yang menangani adalah tetangganya sendiri, sehingga tidak perlu opname untuk dapat dirawat guna menekan biaya pengobatan. Namun tak lama setelah itu, mamanya mengalami kecelakaan dan cedera di pangkal lengan kanan dan harus dioperasi. Sungguh sangat membingungkan dan mengkuatirkan karena kedua orangtua mengalami sakit pada saat yang bersamaan. Keluarga hanya dapat berserah dan berdoa kepada Tuhan. Di awal tahun, musibah menimpa lagi. Otte, adik Gloria, mengalami kecelakaan motor juga, namun bersyukur hanya luka ringan di hidung, pipi, bibir, tangan, serta kaki. Sorenya Otte masih bisa terlibat pelayanan di Natal Pemuda di gerejanya. Dari serangkaian musibah ini, justru mereka belajar bagaimana Tuhan membentuk keluarga mereka untuk bisa berserah dan percaya sepenuhnya kepada Tuhan.

Mari kita lihat apa yang sebenarnya dimaksud dengan dukacita. Menurut KBBI dukacita berarti kesedihan atau kesusahan hati. Dukacita tidak selalu harus dikaitkan dengan kehilangan, namun ketika kita sedang mengalami kondisi hati yang sangat sedih itu bisa dikatakan dukacita. Jadi dapat kita katakan bahwa dukacita adalah “Ekspresi lahiriah dari kesedihan yang batiniah yang sangat dalam karena sesuatu hal”.

Penyebab dukacita antara lain :
1. Penyesalan Diri
Suatu kesalahan yang dilakukan yang tidak dapat diperbaiki dapat mengakibatkan dukacita

2. Perbuatan Orang Lain
Tekanan dari orang lain dapat menyebabkan dukacita dan stress

3. Harta Benda / Fana
Kehilangan harta benda juga dapat menyebabkan orang berdukacita

4. Orang yang Dikasihi
Kehilangan orang yang dikasihi juga menyebabkan orang berdukacita

Karena semua orang tidak mungkin dapat terhindar dari dukacita, dukacita dapat datang tanpa diundang jadi seharusnya yang kita pikirkan adalah bagaimana cara menyikapinya.
Kata kunci yang pertama :
Seharusnya kita bukan bertanya “mengapa?” tapi “apa tujuannya?”.
Jika kita hanya bertanya mengapa dan mengapa, maka sesungguhnya iman yang kita miliki adalah iman yang rapuh karena selalu mencari jawaban dan jika jawaban yang kita dapat tidak sesuai dengan yg kita harapkan maka kita akan cenderung menyalahkan Tuhan.
Kata kunci yang kedua :
Seharusnya bukan “dicari-cari” tapi “panggilan”.
Dukacita itu bukan merupakan hobby ataupun sesuatu yang dicari-cari, namun sebagai orang Kristen tidak mungkin tidak pernah mengalami dukacita ataupun penderitaan. Ketika Tuhan Yesus berkata “Berbahagialah orang yang berdukacita …” maka sesungguhnya Tuhan Yesus sedang menyatakan bahwa orang yang mengikut Dia pun dapat mengalami dukacita. Yang dimaksud Tuhan Yesus sebagai dukacita disini adalah “dukacita rohani”. Di dalam segala dukacita kita bisa merasakan kehadiran dan penyertaan Tuhan. Melalui dukacita yang kita alami kita bisa merasakan penghiburan Tuhan. Itulah yang disebut “dukacita rohani”.

Di dalam bukunya yang berjudul “Pengudusan Emosi”, Pdt. Stephen Tong menyebutnya sebagai “Dukacita yang Kudus”, yaitu dukacita yang sesuai dengan kesedihan Tuhan.
1. Dukacita karena membenci dosa
2. Dukacita karena ketaatan / menuruti kehendak Allah
3. Dukacita karena melihat dunia
4. Dukacita karena jiwa yang terhilang

Louisa M.R. Stead menuliskan sebuah lagu di dalam dukacitanya karena kehilangan suaminya. Lagu tersebut berjudul “Tis So Sweet To Trust In Jesus”. Jika kita mendengarkan lagu ini, kita tidak akan menyangka bahwa penciptanya saat itu sedang dalam kondisi dukacita karena lagu ini penuh dengan nuansa sukacita dan pengharapan.

Dukacita seperti apa yang saat ini sedang kita alami? Di dalam dukacita yang sedang engkau alami, masihkah engkau melihat penyertaan Tuhan. Jika dukacita yang kita alami karena dosa, bersediakah engkau meninggalkan dosa tersebut?

“Tuhan tidak menjanjikan
langit selalu biru
dan bunga bertebaran
di sepanjang jalan kehidupan kita!

Tuhan tidak menjanjikan
matahari tanpa hujan,
kesukaan tanpa kesusahan,
damai tanpa kesakitan!

Tapi Tuhan menjanjikan …
Kecukupan di dalam kehidupan kita.
Kedamaian bagi jiwa yang letih.
Terang di jalan,
Kasih karunia dalam kesukaran …

Pertolongan
di sepanjang kehidupan kita,
Kasih yang tak pernah gagal
dan tak pernah padam
menyertai kehidupan kita!”

(Annie Johnson Flint)

Ringkasan Kotbah Pdt. Lukman Halim “Dimanakah Tuhan Saat Aku Berduka” di Persekutuan Pemuda tgl 7 Sept 2014


Lainnya