Dalam pelayanan rumah duka PPK Tabitha, kami melayani kedukaan dari berbagai latar belakang budaya dan agama. Setiap kebudayaan dan agama memiliki adat penguburan masing masing dan dalam artikel ini kami ingin membagikan nilai luhur yang terdapat dibalik Sam Seng.

Menurut kabar yang disebarkan dari mulut ke mulut dan lintas generasi diantara sajian yang dipersembahkan dalam persembahyangan, merupakan simbolis (sebagai lambang) yang mengandung nilai-nilai luhur atau petuah dari leluhur yang masa lalu tidak dipaparkan secara nyata.

Sajian yang kerapkali terlihat dalam upacara duka yakni tiga jenis hewan terdiri dari babi, ayam dan ikan bandeng, yang dikenal dengan sebutan Sam Seng/San Sheng atau dari bunyi kata dapat diartikan sebagai Kehidupan Tiga (alam). Ketiga jenis hewan tersebut mewakili kehidupan di darat (babi), kehidupan di air (ikan bandeng) dan kehidupan di udara (ayam, yang tergolong unggas). Kehidupan di tiga alam menyiratkan agar di manapun berada seseorang harus dapat menyesuaikan diri dengan alam lingkungannya sehingga dia mampu bertahan untuk melangsungkan hidupnya,

Kini kita simak kandungan makna dari sajian yang disebut Sam Seng itu:

Babi hewan ternak yang jika dikembangbiakan dengan baik akan mendatangkan keuntungan besar bagi si peternak. Namun hewan ini terkenal jorok dan rakus.

Dari jenis hewan ini dapat diperoleh petunjuk bahwasanya jika ingin mendapatkan atau meraih keuntungan, hendaknya pandai-pandai memilah jenis usaha dan diperlukan kemampuan untuk mengelola usaha itu. Diingatkan pula agar dalam mengarungi perjalanan, singkirkanlah kerakusan atau keserakahan/ketamakan dan hidup bersih, bersih diri, bersih hati, tidak menghalalkan segala cara untuk mendapatkan yang diinginkan.

Ayam, meski hidup di darat tetapi termasuk golongan unggas (burung). Betinanya sangat setia mengerami telur-telurnya. Hanya sejenak meninggalkan telur-telur yang dieraminya itu untuk mencari makan dan minum. Saat telur-telur menetas, anak-anaknya dibimbing untuk mencari makan. Sang induk berkotek memanggil anak-anaknya bila makanan ditemukan. Anak-anaknya didekap dalam tubuhnya jika ada yang mengganggu, begitu juga bila senja tiba anak-anaknya berlindung dalam dekapan induknya. Bila tiba saatnya, sang induk menyapi anak-anaknya, dibiarkan untuk mencari makan sendiri. Kehidupan jenis hewan yang satu ini agaknya mengilhami para pakar bahasa, sehingga tercipta sebuah peri-bahasa yang berbunyi ‘Bagaikan anak ayam kehilangan induknya’.

Sedangkan ayam jantan pada dini hari sudah berkokok menyambut fajar menyingsing, dan mencari makan sambil berlagak di antara betina-betina untuk dikawini. Tidak jarang, jantan yang dianggap baik dijadikan ‘alat’ untuk bertaruh melalui penyabungan.

Dari jenis hewan ini, dapat disimak peran seorang ibu yang dengan penuh satya dan kasih sayang mengasuh anak-anaknya hingga anak itu dapat hidup secara mandiri tanpa peduli pada diri sendiri. Selain itu, tersirat suatu upaya yang tidak mengenal lelah dan tekun mencari nafkah sejak dini hingga senja hari. Namun dari jantannya, hendaknya tidak ‘hinggap’ dari satu betina ke betina lain. Juga tidak mudah dijadikan ‘alat’ apalagi dengan cara disabung yang mendatangkan keuntungan bagi orang lain.

Ikan Bandeng yang saat kecil disebut Nener, hidupnya bergerombol, tidak menyendiri. Daging ikan ini yang dikenal halus dan lembut serta lezat rasanya, amat disuka. Akan tetapi kalau tidak berhati-hati saat menikmati, duri-duri halus yang bercagak yang tersembunyi di dalam daging yang halus dan lembut itu, akan tertelan dan melekat di kerongkongan sehingga perlu berhubungan dengan dokter untuk mengangkat duri bercagak yang melekat itu.

Kehalusan dan kelembutan dari daging ikan yang satu ini, menyiratkan kehalusan budi pekerti seseorang yang dapat menarik simpati dan kepercayaan orang banyak. Namun duri halus yang bercagak yang terdapat dalam daging yang lembut dan halus itu, mengingatkan agar tetap waspada, sebab seorang yang berkebajikan niscaya dapat berbicara baik tapi yang dapat berbicara baik belum tentu berkebajikan

Bagi rekan yang mengalami kedukaan Pelayanan Kedukaan PPK Tabitha dapat membantu keluarga didalam menyediakan sajian untuk keluarga dalam bentuk

  1. Nasi Kotak (Nasi Kuning, Nasi Uduk, Nasi Hainam, dll)
  2. Snack (Lemper, Pastel, dll)
  3. Roti
  4. Sekoteng, Wedang Ronde, dll
  5. Bubur, Lontong Sayur, dll

Untuk pelayanan kedukaan 24 jam terbaik silahkan menghubungi kami di 0821 5000 11 11 dan 0804 150 11 11

Berikut adalah mitra lokasi rumah duka PPK Tabitha

Rumah Duka Husada dengan alamat Jl. Mangga Besar Raya No. 137, Jakarta Barat
Rumah Duka RS PGI Cikini dengan alamat Jl. Raden Saleh No. 40 Cikini – Jakarta Pusat 
Rumah Duka RSAB Harapan Kita dengan alamat Jl. Letjen S. Parman Kav. 87, Slipi, Jakarta Barat
Rumah Duka Bandengan dengan alamat Jl. Bandengan Utara, Pejagalan, Penjaringan, Kota Jakarta Utara
Rumah Duka Oasis Lestari dengan alamat Jl. Gatot Subroto KM.7-8, Jatake, Jatiuwung, Tangerang, Banten
Rumah Duka Fatmawati dengan alamat Jl. Komp. Rs. Fatmawati No.1,  Cilandak, Kota Jakarta Selatan
Rumah Duka Sentra Medika dengan alamat Jaya Atmaja Jl. Raya Mayor Oking Jaya Atmaja No.9, Cibinong, Bogor, Jawa Barat 16911

 


Lainnya