Saya resmi
menjadi member dari sebuah klub.
Kartu
anggotanya mirip kartu kredit. Biasanya sebagai member baru, saya ingin segera
mencoba manfaat yang didapat, namun tidak untuk yang satu ini.
Soalnya ini
adalah membership PPK Tabitha yang mengurus soal pemakaman.
Sebagai
anggota, saya akan mendapat sebuah peti jenazah, pinjaman mobil jenazah untuk
membawa jasad saya ke makam, dll. Syarat untuk bisa menikmati manfaatnya? Saya
harus meninggal dulu.
Menjadi
member Tabitha memasukkan saya ke dalam kelompok orang yang peduli dengan persiapan kematian. Kematian
tak bisa ditolak, tetapi keribetannya bisa diatur. Anggota Tabitha berharap,
saat tiba harinya, kerabat dan sahabat tidak sampai terlalu repot. Sejak usia
berapa sih orang mulai tertarik jadi member Tabitha? Saya tidak tahu. Yang
jelas usia harapan hidup di Indonesia rata-rata 68 tahun untuk laki-laki dan 73
tahun untuk perempuan. Jadi, dengan usia 52 tahun, sudah pantaslah saya jadi
member. Dihitung dari usia harapan hidup, saya bakal expired 16 tahun lagi!
Terlalu singkat? Tidak juga. Yuval Noah Harari dalam bukunya “Homo Deus”
menjelaskan bahwa manusia abad ke-21 usianya jauh lebih panjang dari
sebelumnya. Di masa lalu, banyak orang mati muda karena kelaparan, wabah
penyakit, dan perang. Ketiga penyebab utama kematian ini sudah berhasil
diatasi.
Untuk
pertama kali dalam sejarah, lebih banyak orang mati karena terlalu banyak makan
(3 juta orang setahun) daripada kekurangan makan (1 juta setahun). Lebih banyak
yang mati gara-gara usia tua daripada tertular wabah penyakit. Lebih banyak
orang meninggal karena bunuh diri daripada dibunuh orang. Sukses ini membuat
manusia berupaya terus memperpanjang umur lewat kemajuan teknologi. Harari
mengingatkan, usia yang kelewat panjang bakal membuat masalah baru. Apa jadinya
andaikan tiap orang bisa mencapai usia 150 tahun? Katakanlah, Anda dan pasangan
kini berusia 70 tahun. Sudah 35 tahun menikah. Jika pasangan wafat di usia 150,
artinya anda kan masih harus hidup bersamanya 80 tahun lagi! Apa tahan? Boss di
kantor atau Pendeta di gereja Anda yang kini “baru” berusia 80 tahun, masih
akan terus bercokol disana sampai pensiun di usia 130. So, mereka masih akan
memimpin 50 tahun lagi. Boring banget, kan?
Bumi juga
bakal penuh sesak dengan lansia berusia 120-150 tahun yang tak kunjung
meninggal. Jadi patutlah kita bersyukur
kalau usia kita tak terlalu panjang, tapi juga tak terlalu pendek. Masa hidup
yang terbatas mestinya membuat kita tidak bosan hidup. Saya lumayan sering naik
pesawat domestik kalau bertugas ke luar
kota. Paska terjadinya musibah jatuhnya pesawat Boing Max 8 milik Lion, tiap
kali masuk ke kabin pesawat, sebuah kalimat terbersit di pikiran saya: “Now
Everyone Can Die.” Tidak heran di depan setiap bangku pesawat domestik,
diselipkan kartu “Doa Sebelum Perjalanan.” Efek positifnya, setiap kali pesawat
bisa mendarat dengan selamat, saya seperti diberi kesempatan baru untuk
menikmati hidup. Betapa berharganya hidup!
Setiap tutup
tahun, kita diingatkan bahwa waktu tutup usia makin dekat. Sudah waktunya kita
mempersiapkan kematian, tetapi tidak dengan takut atau resah. Persiapkan
kematian dengan gembira. Bukan cuma dengan menjadi member Tabitha, tetapi
dengan memanfaatkan setiap hari sebaik
mungkin. Sayang kan, kalau banyak waktu
kita habis untuk bersedih, jengkel, marah, atau menaruh dendam? Itu semua
menguras tenaga, pikiran, dan perasaan. Bukankah lebih asyik kalau hari-hari
hidup yang terbatas itu kita pakai untuk berkarya, bikin orang lain happy, dan
menikmati setiap hari? Isi dan nikmati tiap hari yang lewat, menjelang tanggal
kadaluwarsa yang makin mendekat.
- Pdt.
Juswantori Ichwan (GKI Samanhudi)